Mengumandangkan Kembali Salam Kalbu Sebagai simbol perkembangan teater di Karawang.
“Salam Kalbu” adalah ungkapan salam pembuka yang biasa diucapkan dalam
pertemuan Teater di Karawang. Ungkapan salam ini seperti halnya salam
dalam Islam “Assalamu’alaikum” atau seperti salam dalam tradisi Sunda
“Sampurasun”. Layaknya sebuah salam, selain ada ucapan, tentu ada
jawaban. Jawaban untuk Assalamu’alaikum adalah Wa’alaikum salam, untuk
sampurasun jawabannya rampes, dan untuk salam kalbu jawabannya “selalu
di hati”.
Tradisi salam insan teater di Karawang ini sudah berlangsung dari generasi ke generasi. Pertama kali dipopulerkan oleh salah seorang tokoh teater Karawang R. Mayong N. sekitar Tahun 1999/2000 berlanjut dan tetap dipakai hingga sekarang. Sebuah salam khas, yang hanya ada di teater Karawang. Salam ini terdengar intim serta mengandung makna yang dalam, tentang rasa cinta pada sesama dan alam sekitar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalbu artinya hati ; pangkal perasaan batin ; yang suci (murni). Pengertian ini mencerminkan bahwa salam yang diutarakan mengandung makna rasa, keluar dari lubuk hati yang paling murni. Untuk mengurainya lebih dalam, ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan salam pembuka ini. Kita bahas satu-persatu.
Nabi SAW bersabda, maknal hadist : “Di dalam diri manusia ada segumpal daging, bila daging tersebut baik, maka akan baik seluruh dirinya, namun jika daging itu busuk, maka akan busuk seluruh dirinya. Daging tersebut adalah kalbu (hati).” Artinya, segala yang bergerak, baik itu niat, amanat, sakit atau sehat, semuanya akan bergerak sesuai dengan kalbunya. Sesehat apapun manusia, kalau hatinya sakit, ia berpenyakit. Sebaliknya, sesakit apapun fisiknya, kalau hatinya sehat, ia tetap manusia waras.
Pada Alkitab, kita juga menemukan dalam Amsal 15:33 tertulis : “Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan HATI mendahului kehormatan.” Artinya, dengan kerendahan hati dan merasakan adanya rasa takut pada Tuhan, maka manusia akan senantiasa berjalan sesuai jalurnya. Saling menyayangi, menghormati dan mengusung kedamaian bagi semesta.
Dengan mengemukakan dua keterangan, dari dua sumber yang berbeda, kiranya cukup mewakili, bahwa kalbu atau hati adalah instrumen terpenting dalam diri manusia. Di sana tempatnya segala sumber kebajikan dan kerusakan. Maka dengan cara menyentuh hati sebagai sentra penggerak diri, diharapkan seni teater di Karawang akan selalu hidup dalam hati pecintanya.
Selain harapan untuk selalu hidup di hati, salam ini juga mengungkapkan bahwa proses perteateran di Karawang, tidak digerakkan dengan dogma dan jargon. Tetapi ditransformasikan melalui hati ke hati. Ada rasa yang dalam, ada cinta yang berkesinambungan, ada kekeluargaan yang mengikat. Ada kepekaan yang terus diasah, ada kegelisahan yang terus dipelihara, ada kalbu yang penuh dengan kesadaran. Bahwa berteater adalah proses, proses meruangnya ide, proses kerja kolektif berkesinambungan, proses mencari jati diri yang hakiki dan proses pendewasaaan yang tak pernah henti.
Salam kalbu, salam hati, untuk hati agar senantiasa bersemayam di hati. Salam kalbu, salam cinta untuk semesta, untuk seni, untuk rasa, untuk gelisah, untuk diri, untuk Tuhan untuk semua yang ada dan yang tiada.
Dengan memahami “Salam Kalbu” maka diharapkan kita akan memahami arti kebersamaan. Meyakini bahwa cinta adalah dasar keyakinan paling universal, ia melintasi agama dan keyakinan. Bahwa cinta yang universal akan menjadi kompas sekaligus kendaraan yang akan membawa kita pada tujuan penciptaan. “Kuhaturkan salam dari kalbuku yang terdalam, agar menyentuh rasa kalbumu sampai mendalam”
“Selalu di Hati” adalah namamu, saudara sesama manusia. Lewat hati, getar cinta semesta, aku menjawab salammu. Dengan hati, kudengar segala keluh-kesahmu. Bersama hati, kita melangkah menyongsong hidup menuju mati.
Inilah dasar gerak perteateran di Karawang. Inilah azas langkah kita. Mari kita isi ruang-ruang kosong menjadi berada. Kita belah sunyi menjadi bernada. Kita kuak sepi menjadi berarti. Tak perlu sama, karena kita lahir berbeda. Tak usah seragam, karena latar kita beragam. Hanya satu yang perlu menyatu, di kalbumu di kalbuku, hati kita berpadu. Mari nyanyikan lagu, nyanyikan tembang cinta :
Tembang-tembang cinta /Dari palung jiwa terdalam /Berkumandang /Sambut semburat mentari pagi /Rasakanlah kehangatan /Basuhi tubuhmu /Baluri sgala sendi /dengan senyum wangi surgawi /Oo damailah jiwa /Oo damailah jiwa /Alangkah indah bila kita /Tebarkan kasih pada semesta /Alangkah berarti /saat diri /Jadi bagian alam raya ini //Mari bersama kita gali sumur nurani //Agar kebeningan //Terasa sejuknya //terasa sejuknya //Genggam berpegangan tangan //Saling menjaga saling berbagi //Hidup berdampingan //Damai meraja damai meraja.
Salam Kalbu!
Komunitas Seniman Muda Karawang
( K O S I M )
Karawang 20 Feb. 2013
Tradisi salam insan teater di Karawang ini sudah berlangsung dari generasi ke generasi. Pertama kali dipopulerkan oleh salah seorang tokoh teater Karawang R. Mayong N. sekitar Tahun 1999/2000 berlanjut dan tetap dipakai hingga sekarang. Sebuah salam khas, yang hanya ada di teater Karawang. Salam ini terdengar intim serta mengandung makna yang dalam, tentang rasa cinta pada sesama dan alam sekitar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalbu artinya hati ; pangkal perasaan batin ; yang suci (murni). Pengertian ini mencerminkan bahwa salam yang diutarakan mengandung makna rasa, keluar dari lubuk hati yang paling murni. Untuk mengurainya lebih dalam, ada beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan salam pembuka ini. Kita bahas satu-persatu.
Nabi SAW bersabda, maknal hadist : “Di dalam diri manusia ada segumpal daging, bila daging tersebut baik, maka akan baik seluruh dirinya, namun jika daging itu busuk, maka akan busuk seluruh dirinya. Daging tersebut adalah kalbu (hati).” Artinya, segala yang bergerak, baik itu niat, amanat, sakit atau sehat, semuanya akan bergerak sesuai dengan kalbunya. Sesehat apapun manusia, kalau hatinya sakit, ia berpenyakit. Sebaliknya, sesakit apapun fisiknya, kalau hatinya sehat, ia tetap manusia waras.
Pada Alkitab, kita juga menemukan dalam Amsal 15:33 tertulis : “Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan HATI mendahului kehormatan.” Artinya, dengan kerendahan hati dan merasakan adanya rasa takut pada Tuhan, maka manusia akan senantiasa berjalan sesuai jalurnya. Saling menyayangi, menghormati dan mengusung kedamaian bagi semesta.
Dengan mengemukakan dua keterangan, dari dua sumber yang berbeda, kiranya cukup mewakili, bahwa kalbu atau hati adalah instrumen terpenting dalam diri manusia. Di sana tempatnya segala sumber kebajikan dan kerusakan. Maka dengan cara menyentuh hati sebagai sentra penggerak diri, diharapkan seni teater di Karawang akan selalu hidup dalam hati pecintanya.
Selain harapan untuk selalu hidup di hati, salam ini juga mengungkapkan bahwa proses perteateran di Karawang, tidak digerakkan dengan dogma dan jargon. Tetapi ditransformasikan melalui hati ke hati. Ada rasa yang dalam, ada cinta yang berkesinambungan, ada kekeluargaan yang mengikat. Ada kepekaan yang terus diasah, ada kegelisahan yang terus dipelihara, ada kalbu yang penuh dengan kesadaran. Bahwa berteater adalah proses, proses meruangnya ide, proses kerja kolektif berkesinambungan, proses mencari jati diri yang hakiki dan proses pendewasaaan yang tak pernah henti.
Salam kalbu, salam hati, untuk hati agar senantiasa bersemayam di hati. Salam kalbu, salam cinta untuk semesta, untuk seni, untuk rasa, untuk gelisah, untuk diri, untuk Tuhan untuk semua yang ada dan yang tiada.
Dengan memahami “Salam Kalbu” maka diharapkan kita akan memahami arti kebersamaan. Meyakini bahwa cinta adalah dasar keyakinan paling universal, ia melintasi agama dan keyakinan. Bahwa cinta yang universal akan menjadi kompas sekaligus kendaraan yang akan membawa kita pada tujuan penciptaan. “Kuhaturkan salam dari kalbuku yang terdalam, agar menyentuh rasa kalbumu sampai mendalam”
“Selalu di Hati” adalah namamu, saudara sesama manusia. Lewat hati, getar cinta semesta, aku menjawab salammu. Dengan hati, kudengar segala keluh-kesahmu. Bersama hati, kita melangkah menyongsong hidup menuju mati.
Inilah dasar gerak perteateran di Karawang. Inilah azas langkah kita. Mari kita isi ruang-ruang kosong menjadi berada. Kita belah sunyi menjadi bernada. Kita kuak sepi menjadi berarti. Tak perlu sama, karena kita lahir berbeda. Tak usah seragam, karena latar kita beragam. Hanya satu yang perlu menyatu, di kalbumu di kalbuku, hati kita berpadu. Mari nyanyikan lagu, nyanyikan tembang cinta :
Tembang-tembang cinta /Dari palung jiwa terdalam /Berkumandang /Sambut semburat mentari pagi /Rasakanlah kehangatan /Basuhi tubuhmu /Baluri sgala sendi /dengan senyum wangi surgawi /Oo damailah jiwa /Oo damailah jiwa /Alangkah indah bila kita /Tebarkan kasih pada semesta /Alangkah berarti /saat diri /Jadi bagian alam raya ini //Mari bersama kita gali sumur nurani //Agar kebeningan //Terasa sejuknya //terasa sejuknya //Genggam berpegangan tangan //Saling menjaga saling berbagi //Hidup berdampingan //Damai meraja damai meraja.
Salam Kalbu!
Komunitas Seniman Muda Karawang
( K O S I M )
Karawang 20 Feb. 2013
Posting Komentar