Dasar Teknik Pencahayaan
Panggung
Pencahayaan merupakan bagian
yang sangat penting dari teater. Setiap adegan mungkin memerlukan teknik
pencahayaan yang berbeda untuk menyampaikan perasaan yang bermain. Meskipun
aktor dapat memberikan gambaran tentang suasana hati, pencahayaan dapat
memberikan gambaran tentang suasana hati ketika tidak ada kata-kata yang
diucapkan. Dalam proses desain pencahayaan, langkah pertama yang harus diambil
adalah untuk mempelajari produksi. Bagian terpenting dalam pencahayaan adalah
untuk memastikan bahwa para aktor tidak berada dalam bayang-bayang dan
bayang-bayang yang Anda miliki tidak mengganggu para penonton.
warna
Warna dapat memiliki efek yang
drastis dalam perjalanan adegan tertentu dari penonton. Ada tiga warna dasar
yang digunakan agak sering; merah, biru, dan hijau. Ini dikenal sebagai warna
utama pencahayaan. Ada juga warna sekunder. Pencampuran warna cahaya jauh
seperti pencampuran cat. Ketika dua warna primer digabungkan (dua primata)
warna sekunder dibuat. Warna sekunder dibuat dengan mengkombinasikan warna
primer dengan cara berikut.
Red dan Green : Menciptakan
Kuning
Green dan Blue : Menciptakan Cyan
Biru dan Merah : Menciptakan
Magenta
Melalui trial and error yang
anda dapat menggabungkan jumlah warna tertentu untuk menciptakan nuansa yang
berbeda ratusan dan nada. Dalam banyak situasi warna tidak dicapai oleh lampu
warna berbeda tetapi oleh plastik gel. Gel adalah potongan-potongan plastik
yang dicat dengan warna yang berbeda sehingga ketika cahaya melewati plastik
kemudian berubah cahaya untuk warna gel.
Gel ini tersedia dalam ribuan warna yang berbeda sehingga membuat
pilihan Anda dari berbagai pencahayaan lebih besar dengan penggunaan warna.
Ada beberapa posisi yang
berbeda Anda dapat menempatkan lampu. Tiga posisi utama depan, samping, bawah,
dan latar belakang.Tujuan utama ini tercantum dalam tabel di bawah ini.
Front Lighting, Pencahayaan
depan digunakan terutama untuk visibilitas dan warna. Hal ini juga digunakan
untuk mengisolasi seseorang individu atau set piece. Lampu depan umumnya
bekerja lebih baik jika ditempatkan pada sudut antara 30-50 derajat.
Side Lighting, Penggunaan yang
paling umum samping efek pencahayaan. Sisi pencahayaan sering digunakan dengan
warna lebih berani untuk aksen gerakan dan warna kontras yang datang dari sisi
yang berlawanan.
Back Lighting, Seiring dengan
pencahayaan sisi pencahayaan kembali digunakan untuk efek. Kembali pencahayaan
sering digunakan untuk membuat kedalaman di atas panggung. Ketika digunakan
dari sudut kembali pencahayaan rendah juga dapat memberikan rasa siluet. Satu
hal yang perlu diingat ketika menggunakan pencahayaan belakang adalah bahwa
lampu-lampu harus santai untuk para penonton. Jika lampu diposisikan ke mata
penonton tidak akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Down Lighting, Down
pencahayaan sering digunakan untuk menciptakan ilusi kedalaman. Pencahayaan ke
bawah juga bekerja sangat baik untuk mengisolasi satu orang dari yang lain.
Background Lighting, Latar
pencahayaan adalah gaya yang sangat berani pencahayaan. Hal ini lebih cerah
daripada bagian lain panggung. Ini adalah cara yang sangat kuat untuk
menciptakan sebuah gambar.
Beberapa peralatan yang sering digunakan dalam teater :
Ellipsoidal
Ellipsoidal dianggap sebagai
perangkat utama yang digunakan dalam pencahayaan panggung. Lampu ini milik
sekelompok lampu yang disebut fokus instrumen. Ellipsoids memungkinkan
perancang dan teknisi pencahayaan untuk membuat tepi batang lunak atau untuk
memotong bagian dari berkas untuk meninggalkan area gelap dengan menggunakan
jendela.
Lampu ini biasanya ditentukan
oleh jenis lensa mereka. Jika lensa ukuran 6 x 12 maka itu berarti bahwa angka
pertama yang tercantum adalah diameter lensa dalam inci. Mengukur kedua adalah
panjang fokus lensa. Panjang fokus adalah jarak dari lensa di mana sinar cahaya
berkumpul. Panjang focal, biasanya diukur dalam inci. Ketika bergerak
ellipsoids selalu merupakan praktik yang baik untuk memastikan semua jendela
benar-benar tertutup. Dengan cara ini tidak ada cara untuk jendela untuk mendapatkan
bengkok.
Fresnel
Fresnels umumnya digunakan
untuk mencuci warna. Ketika lampu ini digunakan balok dapat diubah dengan
memindahkan lampu belakang dan ke depan pada jalur yang dibangun ke dalam
cahaya. Tepi balok di Fresnel selalu lembut dimana pada ellipsoidal tepi dapat
berubah dari keras ke lembut.
Scoop
Lampu ini adalah cara yang
sangat baik untuk memberikan pengaturan cahaya penuh untuk panggung dengan
sejumlah kecil lampu.
Par Cans
Par dapat memberikan yang
luas, sinar umum dan mencakup wilayah yang luas. Par kaleng mungkin lampu yang
paling mudah untuk digunakan. Mereka sangat ringan dan mudah untuk ditangani.
Mereka juga mudah untuk fokus. Lampu ini terlihat pada pertunjukan dan band
karena daya tahan mereka.
Followspots
Followspots dirancang untuk
mengikuti aktor individu. Lampu ini digunakan hanya untuk memberikan mobilitas
para aktor di atas panggung. Followspots memiliki banyak perbedaan dalam
disain. Setup dasar gel meskipun bersifat internal, dan juga rana kontrol.
Control Devices
Ketika menggunakan lampu di
atas ada satu aspek yang harus dihadapi : pengendali/ kontrol. Perangkat
kontrol yang berbeda dan ada banyak tetapi melakukan fungsi-fungsi dasar yang
sama. Yang pertama adalah kontrol untuk penggunaan. Fungsi lain yang mengontrol
perangkat ini adalah tingkat kecerahan. Banyak beroperasi seperti saklar
dimmer.
LIGHTING (TATA CAHAYA
PEMENTASAN)
LIGHTHING
I. Pengertian
Salah satu unsur penting dalam
pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan
peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung
untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan
tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater,
lighting terbagi menjadi dua yaitu:
1. Lighting sebagai
penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta
unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
2. Lighting sebagai
pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang
satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan
tuntutan naskah.
II. Unsur-unsur dalam
lighting.
Dalam tata cahaya ada beberapa
unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Tersedianya peralatan dan
perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa
peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang
pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan
naskah yang akan dipentaskan.
2. Tata letak dan titik fokus.
Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya
cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari
arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung.
Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450
di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan
naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan
(apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari
panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan,
serta bagian tengah.
3. Keseimbangan warna.
Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini
berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
4. Penguasaan alat dan
perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter
cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan
listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter
atau penata cahaya.
5. Pemahaman naskah. Artinya
lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga
harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’
dalam pementasan.
Dalam sebuah pementasan, semua
orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika
salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi
secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi
bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager,
dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin
yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Dari paparan di atas, semuanya
dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.
III. Istilah dalam tata
cahaya.
1. lampu: sumber cahaya, ada
bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light,
dll.
2. holder: dudukan lampu.
3. kabel: penghantar listrik.
4. dimmer: piranti untuk
mengatur intensitas cahaya.
5. main light: cahaya yang
berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
6. foot light: lampu untuk
menerangi bagian bawah panggung.
7. wing light: lampu untuk
menerangi bagian sisi panggung.
8. front light: lampu untuk
menerangi panggung dari arah depan.
9. back light: lampu untuk
menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian
belakang.
10. silouet light: lampu untuk
membentuk siluet pada backdrop.
11. upper light: lampu untuk
menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.
12. tools: peralatan pendukung
tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator,
solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
13. seri light, lampu yang
diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
14. paralel light, lampu yang
diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti yang telah di
ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya
harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung
pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika
ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba
(trial and error).
ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA
Kursus ini meninjau cahaya
dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan
terhadap hal-hal berikut:
• Fungsi dan kualitas cahaya
• Aspek reka bentuk dalam
cahaya
• Asas elektrik; mengenali
bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk
menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
• Aspek optik – yaitu aspek
pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan
ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
• Jenis dan fungsi lampu yang
digunakan di dalam teater
• Kegunaan warna di dalam
pementasan teori warna dan pengawalan warna
• Sistem pemalap [dimmer
system] – manual dan memory
• Mencipta ‘light plot’ dan
membentuk ‘lighting cues’
10 TRIK APLIKASI WARNA
1. Aplikasi warna cerah pada
salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi
aksen untuk keseluruhan rumah.
2. Warna netral untuk fasad
bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya
pada satu bidang.
3. Perpaduan warna cokelat
dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
4. Abu-abu muda serta hijau
kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
5. Pada warna ruangan yang
terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.
6. Warna-warna lembut dan
cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana
pada ruang keluarga dan kamar tidur.
7. Permainan dinding dengan
warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
8. Warna dinding natural yang
berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk
masing-masing ruang tersebut.
9. Pagar merah bata, dinding
abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.
10. Untuk menghilangkan kesan
gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada
lantai.
Unsur dekor juga memanfaatkan
cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan
siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya
berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh
tertentu.
Mempelajari Panggung
Dalam sejarah perkembangannya,
seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang dijadikan tempat
pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh tempat dan zaman
dimana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung
yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya, dalam panggung
yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak
dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya hanya satu
arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan
memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian
panggung tersebut.
Jenis-jenis Panggung
Panggung adalah tempat
berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon,
sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah
semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita
yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah
dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi
dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah
panggung proscenium, panggung thrust, dan panggung arena. Dengan memahami
bentuk dari masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan
karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.
Arena
Panggung arena adalah panggung
yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton sangat
dekat sekali dengan pemain. Agar semua
pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa
bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi
pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka
penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala
perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan
dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua
ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat
secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka
atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini
membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata
panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas
panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja
akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika
bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna – berbeda satu dengan yang
lain – maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai
artistik pementasan.
Lepas dari kesulitan yang
dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional.
Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan
komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater
tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik
penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di
tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak
usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah
satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari
teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacammacam.
Masing-masing bentuk memiliki
keunikannya tersendiri tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu
mendekatkan pemain dengan penonton.
Proscenium
Panggung proscenium bisa juga
disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam
lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium(proscenium arch). Bingkai
yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain
dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan
ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.
Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja
diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk
menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa
seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat
membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang
menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.
Tata panggung pun sangat
diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton.
Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas
panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut
kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptkan
bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang
diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium.
Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton
disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut. Hampir semua sekolah teater
memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk
menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung
proscenium.
Jarak antara penonton dan
panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran
kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung dapat disajikan secara
sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat
dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana posisi lampu berada.
Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan
penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas
adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung
prosceniumbertahan sampai sekarang.
Thrust
Panggung thrust seperti
panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah
penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan
dan kiri panggung. Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung
arena dan proscenium.
Untuk penataan panggung,
bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan
tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung belakang diperlakukan
seolah panggung prosceniumyang dapat menampilan kedalaman objek atau
pemandangan secara perspektif. Panggung thrust telah digunakan sejak Abad
Pertengahan (Medieval) dalam bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu
karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern yang
menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain secara lebih
artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian panggung
yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting teater presentasional yang
mempersembahkan permainan kepada penonton secara langsung, sementara bagian
belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang
memberikan gambaran lokasi kejadian.
Bagian-bagian Panggung
Panggung teater modern
memiliki bagian-bagian atau ruangruang yang secara mendasar dibagi menjadi
tiga, yaitu bagian panggung, auditorium (tempat penonton), dan ruang depan.
Bagian yang paling kompleks dan memiliki fungsi artistik pendukung pertunjukan
adalah bagian panggung. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Seorang
penata panggung harus mengenal bagian-bagian panggung secara mendetil.
A Border. Pembatas yang
terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan
batasan area permaianan yang digunakan.
B Backdrop. Layar paling
belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar
belakang panggung.
C Batten. Disebut juga kakuan.
Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk meletakkan atau menggantung
benda dan dapat dipindahkan secara fleksibel.
D Penutup/flies. Bagian atas
rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani
peralatan tata cahaya.
E Rumah panggung (stage
house). Seluruh ruang panggung yang meliputi latar dan area untuk tampil
F Catwalk (jalan sempit).
Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat
menghubungkan sisi satu ke sisi lain sehingga memudahkan pekerja dalam memasang
dan menata peralatan.
G Tirai besi. Satu tirai
khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi
penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung. Tirai ini
diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera
dievakuasi.
H Latar panggung atas. Bagian
latar paling belakang yang biasanya digunakan untuk memperluas area pementasan
dengan meletakkan gambar perspektif.
I Sayap (side wing). Bagian
kanan dan kiri panggung yang tersembunyi dari penonton, biasanya digunakan para
aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil.
J Layar panggung. Tirai kain
yang memisahkan panggung dan ruang penonton. Digunakan (dibuka) untuk menandai
dimulainya pertunjukan. Ditutup untuk mengakhiri pertunjukan.
Digunakan juga dalam waktu
jeda penataan set dekor antara babak satu dengan lainnya.
K Trap jungkit. Area permainan
atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain
dari bawah panggung.
L Tangga. Digunakan untuk naik
ke bagian atas panggung secara cepat. Tangga lain, biasanya diletakkan di
belakang atau samping panggung sebelah luar.
M Apron. Daerah yang terletak
di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium.
N Bawah panggung. Digunakan
untuk menyimpan peralatan set. Terkadang di bagian bawah ini juga terdapat
kamar ganti pemain.
O Panggung. Tempat pertunjukan
dilangsungkan.
P Orchestra Pit. Tempat para
musisi orkestra bermain. Dalam beberapa panggung proscenium, orchestra pit
tidak disediakan.
Q FOH (Front Of House) Bar.
Baris lampu yang dipasang di atas penonton. Digunakan untuk lampu spot.
R Langit-langit akustik.
Terbuat dari bahan yang dapat memproyeksikan suara dan tidak menghasilkan gema.
S Ruang pengendali. Ruang
untuk mengendalikan cahaya dan suara (sound system).
T Bar. Tempat menjual makan
dan minum untuk penonton selama menunggu pertunjukan dimulai.
U Foyer. Ruang tunggu penonton
sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat.
V Tangga. Digunakan untuk naik
dan turun dari ruang lantai satu ke ruang lantai lain.
W Auditorium (house). Ruang
tempat duduk penonton di panggung proscenium. Istilah auditorium sering juga
digunakan sebagai pengganti panggung proscenium itu sendiri.
X Ruang ganti pemain. Ruang
ini bisa juga terletak di bagian bawah belakang panggung.
Penyinaran aktor dan area
Prinsip dasar penyinaran
adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat dan cahaya tidak bocor sampai
ke penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak memerlukan sinar. Tetapi
karena karya teater adalah karya artistik maka penyinaran dalam panggung teater
juga harus mampu menghadirkan efek artistik yang dikehendaki. Dengan mengatur
sudut penyinaran efek-efek artistik bisa dimunculkan. Dalam satu cerita atau
adegan terkadang membutuhkan pencahayaan tertentu yang tidak hanya asal terang.
Misalnya, untuk menghadirkan seorang tokoh misterius dibutuhkan penampakkan
siluet, maka lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan siluet
tokoh tersebut. Dengan mencoba pengaturan sudut datangnya cahaya, maka efek
tertentu akan didapatkan.
Lampu yang diarahkan langsung
ke wajah aktor akan menghasilkan efek flat atau datar. Lampu yang datang dari
arah depan dengan intensitas tinggi akan menghapus bayangan pada bagian muka.
Tidak ada bayangan pada cekung mata yang mengindikasikan kedalaman. Tidak ada
bayangan pada bagian pipi yang memisahkannya dari leher. Tidak ada bayangan
pada hidung yang menunjukkan volume. Oleh karena tidak ada bayangan sama
sekali, maka wajah aktor nampak datar. Meski demikian, pengambilan dengan sudut
seperti ini terkadang dibutuhkan untuk memberi efek cahaya berlebih sehingga
orang tersebut nampak bersinar.
Lampu yang datang 45 derajat
dari atas akan memberikan bayangan pada bagian wajah sehingga efek tiga
dimensinya terlihat . Dengan sudut pengambilan seperti ini penonton paling
tidak bisa menyaksikan lekuk-lekuk wajah sang aktor. Untuk penampakan karakter
dengan ketegasan lekuk wajah pengambilan dari sudut ini bisa dimanfaatkan.
Kedalaman cekung mata, penonjolan tulang pipi dan hidung bisa dimunculkan.
Lampu yang datang tepat dari
arah atas akan menghasilkan cahaya yang mengalir lurus ke bawah. Wajah aktor
mendapatkan sangat sedikit sinar yang memendar dari atas kepalanya. Meskipun
wajah hanya sedikit tersinari tetapi efek dramatis bisa dimunculkan. Dengan
lampu yang datang tepat dari arah atas maka tidak ada bayangan disekitar aktor.
Lampu yang diletakkan di
bagian bawah akan menimbulkan bayangan terbalik secara penuh pada bagian-bagian
wajah. Bayangan pada mata akan berubah terang. Efek terang pada tulang pipi dan
hindung akan berubah jadi gelap. Sudut pengambilan ini dapat menciptakan efek
dramatik pada wajah aktor. Karena posisi bayangan yang terbalik tersebut membuat wajah aktor
nampak lain bahkan nampak menyeramkan.
Lampu yang datang dari arah
samping baik kanan atau kiri akan menampakkan bagian samping tubuh dan menutupi
samping tubuh yang lain. Dengan sudut pengambilan ini, garis tubuh aktor akan
nampak jelas. Lampu samping sering digunakan untuk pertunjukan tari atau teater
gerak yang memang menonjolkan lekuk garis tubuh pemainnya.
Lampu yang datang dari arah
belakang atas akan memberikan hasil yang berlawanan dengan lampu atas 45
derajat. Selain akan menerangi bagian kepala, cahaya juga akan menyinari rambut
dan bahu aktor. Pengambilan sudut ini akan memberikan efek pemisahan antara
aktor dan background. Garis cahaya yang nampak pada rambut, dan bahu akan
memberikan kesan tiga dimensi sehingga aktor terlihat tidak menempel
padabackground. Banyak sudut di antara sudut pengambilan di atas yang bisa
dicobakan. Tetapi pengambilan sudut harus mempertimbangakn efek yang ingin
dicapai sehingga hasilnya benar-benar seperti apa yang diharapkan.
1. Penyinaran Aktor
Guna menyinari aktor yang
mengahadap ke penonton ada teknik dasar yang bisa diterapkan. Selain kejelasan
pencahayaan juga harus mampu menampilkan dimensi. Untuk hasil termudah letakkan
dua lampu dengan arah atas 450 (derajat) pada masing-masing sisi dimana aktor
berdiri. Karena sinar cahaya lebih lebar daripada tubuh aktor maka ia bisa
bergerak di seputar lingkar cahaya dengan tetap tersinari. Kedua posisi lampu
akan membentuk sudut 900 (derajat) sehingga lingkar cahaya yang dihasilkan akan
mampu menyinari area yang cukup bagi aktor untuk bergerak.
Luas ruang penyinaran yang
diciptakan oleh dua lampu dan memberikan cukup cahaya untuk aktor ini disebut
area. Ukuran area ini bisa disesuaikan dengan menggunakan lampu. Jika jarak
pengambilan jauh maka area pun akan membersar demikian juga ketika lingkar cahaya
pada lampu spot diperbesar maka cakupan sinarnya pun akan membesar. Penyinaran
aktor dengan dua lampu ini menjadi teknik dasar yang dapat diterapkan secara
umum pada panggung pertunjukan. Karena masing-masing panggung memiliki ukuran
luas dan karakter yang berbeda maka peletakan lampu pun harus menyesuaikan.
Oleh karena itu, sudut pengambilan dengan dua lampu ini pun perlu dicobakan.
Ada panggung yang menyediakan
baris bar yang memungkinkan pengambilan dengan sudut 450, tetapi ada juga
panggung yang tidak memiliki baris bar yang memungkinkan pengambilan sudut 450.
Jika terjadi hal semacam ini maka sudut pengambilan pun bisa berubah tetapi
prinsip penyinaran aktor dengan dua lampu tetap dilaksanakan.
2. Penyinaran Area
Prinsip dasar penyinaran aktor
dengan dua lampu bisa diterapkan untuk penyinaran area. Panggung pertunjukan
secara umum dibagi menjadi 9 area permainan. Dengan menerapkan prinsip di atas
maka masing-masing area disinari oleh minimal dua lampu yang diambil dari sudut
450 pada masing-masing sisinya. Karena ukuran panggung yang berbeda-beda maka
jarak pengambilan antara lampu dan area yang akan disinari perlu
dipertimbangkan. Pertimbangan mendasar yang perlu diperhatikan adalah luas area
yang hendak disinari. Hal ini berkaitan dengan luas lingkar cahaya optimal yang
bisa dipenuhi oleh masing-masing lampu. Jika sudut pengambilan dan jarak yang
ditentukan kurang tepat atau berada di luar jangkauan maksimal lampu maka
pendar cahaya yang dihasilkan kabur sehingga tidak bisa memberikan kecukupan
cahaya.
Gambar di atas memperlihatkan
masing-masing area mendapat penyinaran dari dua lampu. Prinsip penyinaran ini
adalah prinsip dasar. Artinya, dengan jumlah lampu minimal seluruh area
panggung bisa disinari. Dengan sistem penyinaran semacam ini penonton dapat
menangkap kejelasan objek yang ada di atas panggung. Detil pencahayan bisa
dilengkapi dengan menambah lampu yang diarahkan khusus ke tata panggung, aktor
atau objek lain di atas pentas. Setelah dipenuhinya prinsip dasar penyinaran
area maka penonjolan yang akan dilakukan melalui tata cahaya dapat dikerjakan
dengan lebih mudah.
Praktek Tata Cahaya
Proses kerja penataan cahaya
dalam pementasan teater membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya
tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang pementasan. Kejelian sangat
diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung
pertunjukan. Kehadiran tata cahaya sangat membantu dramatika lakon yang
dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja
tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya perlu
mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.
Prosedur atau langkah kerja
pada dasarnya dibuat untuk mempermudah kerja seseorang. Dari gambar di atas
dapat diketahui bahwa kerja penata cahaya tidak hanya sekedar menata lampu,
menghidupkan, dan mematikannya.
1. Mempelajari Naskah
Naskah lakon adalah bahan
dasar ekspresi artistik pementasan teater. Semua kreativitas yang dihasilkan
mengacu pada lakon yang dipilih. Tidak hanya sutradara dan aktor yang perlu
mempelajari naskah lakon. Penata cahaya pun perlu mempelajari naskah lakon.
Berbeda dengan aktor yang berkutat pada karakter tokoh peran, penata cahaya
mempelajari lakon untuk menangkap maksud lakon serta mempelajari detil latar
waktu, dan tempat kejadian peristiwa.
Mempelajari tempat kejadian
peristiwa akan memberikan gambaran pada penata cahaya tempat cerita
berlangsung, suasana dan piranti yang digunakan. Mungkin ada piranti yang
menghasilkan cahaya seperti obor, lilin, lampu belajar, dan lain sebagainya
yang digunakan dalam cerita tersebut. Ini semua menjadi catatan penata cahaya.
Setiap sumber cahaya menghasilkan warna dan efek cahaya yang berbeda yang pada
akhirnya akan memberikan gambaran suasana.
Tempat berlangsungnya cerita
juga memberikan gambaran cahaya. Peristiwa yang terjadi di dalam ruang memiliki
pencahaayaan yang berbeda dengan di luar ruang. Jika dihubungkan dengan waktu
kejadian maka gambaran detil cahaya secara keseluruhan akan didapatkan. Jika
perstiwa terjadi di luar ruang pada siang hari berbeda dengan sore hari.
Persitiwa yang terjadi di luar ruang memerlukan pencahayaan yang bebeda antara
di sebuah taman kota dan di teras sebuah rumah. Semua hal yang berkaitan dengan
ruang dan waktu harus menjadi catatan penata cahaya.
2. Diskusi Dengan Sutradara
Penata cahaya perlu meluangkan
waktu khusus untuk berdiskusi dengan sutradara. Setelah mempelajari naskah dan
mendapatkan gambaran keseluruhan kejadian peristiwa lakon, penata cahaya perlu
mengetahui interpretasi dan keinginan sutradara mengenai lakon yang hendak
dimainkan tersebut. Mungkin sutradara mengehendaki penonjolan pada adegan
tertentu atau bahkan menghendaki efek khusus dalam persitiwa tertentu. Catatan
penata cahaya yang didapatkan setelah mempelajari naskah digabungkan dengan
catatan dari sutradara sehingga gambaran keseluruhan pencahayaan yang
diperlukan didapatkan.
3. Mempelajari Desain Tata
Busana
Berdiskusi dengan penata
busana lebih khusus adalah untuk menyesuaikan warna dan bahan yang digunakan
dalam tata busana. Seperti yang telah disebut di atas, bahan-bahan tertentu
dapat menghasilkan refleksi tertentu serta warna tertentu dapat memantulkan
warna cahaya atau menyerapnya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan maka
kerjasama antara penata cahaya dan penata busana perlu dijalin.
Hal ini juga berkaitan juga
dengan catatan sutradara. Misalnya, dalam satu peristiwa sutradara menghendaki
cahaya berwarna kehijauan untuk menyimbolkan sebuah mimpi, penata busana juga
membuat baju berwarna hijau untuk menegaskan suasana tersebut. Penata cahaya
bisa memberikan saran penggunaan warna hijau pada busana karena warna hijau
cahaya jika mengenai warna hijau tertentu pada busana bisa saling meniadakan.
Artinya, warna hijau yang ingin ditampilkan justru hilang. Untuk itu, diskusi
dan saling mempelajari desain perlu dilakukan.
4. Mempelajari Desain Tata
Panggung
Diskusi dengan penata panggung
sangat diperlukan karena tugas tata cahaya selain menyinari aktor dan area juga
menyediakan cahaya khusus untuk set dan properti yang ada di panggung. Selain
bahan dan warna, penataan dekor di atas pentas penting untuk dipelajari. Jika
desain tata panggung memperlihatkan sebuah konstruksi maka tata cahaya harus
membantu memberikan dimensi pada konstruksi tersebut. Jika desain tata panggung
menampilkan bangunan arsitektural gaya tertentu maka tata cahaya harus mampu
membantu menampilkan keistemewaan gaya arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran pada set dekor
tidak hanya berlaku untuk set dekor saja tetapi juga berlaku untuk lingkungan
sekitarnya. Misalnya, di atas panggung menampakkan sebuah ruang yang di bagian
belakangnya ada jendela. Ketika jendela itu dibuka dan lampu ruangan tersebut
dinyalakan maka pendar cahaya dalam ruangan harus sampai ke luar ruangan
melalui jendela tersebut. Tugas tata cahaya adalah menyajikan efek sinar lampu
ruangan yang menerobos ke luar ruangan. Intinya, setiap detil efek cahaya yang
dihasilkan berkaitan dengan tata panggung harus diperhitungkan. Semua harus
nampak logis bagi mata penonton.
5. Memeriksa Panggung dan
Perlengkapan
Memeriksa panggung dan
perlengkapan adalah tugas berikutnya bagi penata cahaya. Dengan mempelajari
ukuran panggung maka akan diketahui luas area yang perlu disinari. Penempatan
baris bar lampu menentukan sudut pengambilan cahaya yang akan ditetapkan.
Ketersediaan lampu yang ada dipanggung juga menentukan peletakkan lampu
berdasar kepentingan penyinaran berkaitan dengan karakter dan kemampuan teknis
lampu tersebut. Semua kelengkapan pernak-pernik yang ada di panggung harus
diperiksa.
Ketersediaan peralatan seperti,
tangga, tali, pengerek, rantai pengaman lampu, sabuk pengaman, sekrup, obeng,
gunting, dan perlatan kecil lainnya harus diperiksa. Ketersediaan lampu baik
jumlah, jenis, dan kekuatan dayanya harus dicatat. Asesoris yang dibutuhkan
untuk lampu seperti; filter warna, kelem, pengait, barndoor, stand, iris, gobo,
dan asesoris lain yang ada juga harus diperiksa. Ketersediaan dimmer dan
kontrol serta kelistrikan yang menjadi sumber daya utama juga harus diteliti.
Semua yang ada di panggung
yang berkaitan dengan kerja tata cahaya dicatat. Berikutnya adalah kalkulasi
keperluan tata cahaya berdasar capaian artistik yang dinginkan dan dibandingkan
dengan ketersediaan perlengkapan yang ada. Dengan mempelajari panggung dan
segala perlengkapan yang disediakan penata cahaya akan menemukan kekurangan
atau problem yang perlu diatasi. Misalnya, penataan boom pada panggung kurang
sesuai dengan sudut pengambilan lampu samping untuk menyinari set dekor. Oleh
karena itu diperlukan stand tambahan. Lampu yang tersedia masih kurang
mencukupi untuk menerangi beberapa bagian arsitektur tata panggung, untuk itu
diperlukan lampu tambahan.
Semua problem yang ditemui dan
solusi yang bisa dilakukan kemudian dicatat dan diajukan ke sutradara atau tim
produksi. Jika tim produksi tidak bisa menyediakan kelengkapan yang diperlukan
maka penata cahaya harus mengoptimalkan ketersediaan perlengkapan tata cahaya
yang ada. Misalnya, dengan menerapkan prinsip penerangan area dan memanfaat
beberapa lampu sisa yang ada untuk efek tertentu.
6. Menghadiri Latihan
Untuk mendapatkan gambaran
lengkap dari situasi masingmasing adegan yang diinginkan penata cahaya wajib
mendatangi sesi latihan aktor. Selain untuk memahami suasana adegan, penata
cahaya juga mencatat hal-hal khusus yang menjadi fokus adegan. Hal ini sangat
penting bagi penata cahaya untuk merencanakan perpindahan cahaya dari adegan
satu ke adegan lain. Perpindahan cahaya yang halus membuat penonton tidak sadar
digiring ke suasana yang berbeda. Hasilnya, efek dramatis yang akan ditampilkan
oleh cerita jadi semakin mengena. Sesi latihan dengan aktor akan memberikan
gambaran detil setiap pergerakan aktor di atas pentas. Setelah mencatat hal-hal
yang berkaitan dengan suasana adegan maka proses pergerakan dan posisi aktor di
atas pentas perlu diperhatikan. Penyinaran berdasar area memang memberi
penerangan pada seluruh area permainan tetapi tidak pada aktor secara khsusus.
Dalam satu adegan tertentu mungkin saja aktor berada di luar jangkauan optimal
lingkaran sinar cahaya. Oleh karena itu, aktor yang berdiri atau berpose pada
area tertentu memerlukan pencahayaan tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk
tata panggung pada saat latihan teknik dijalankan. Penata cahaya perlu
mendapatkan gambaran riil letak set dekor dan seluruh perabot di atas pentas.
Dengan demikian, detil pencahayaan pada set dan perabot bisa dirancang dan
diperhitungkan dengan baik.
7. Membuat Konsep
Setelah mendapatkan
keseluruhan gambaran dan pemahaman penata cahaya mulai membuat konsep
pencahayaan. Konsep ini hanya berupa gambaran dasar penata cahaya terhadap
lakon dan pencahayaan yang akan diterapkan untuk mendukung lakon tersebut.
Warna, intensitas, dan makna cahaya dituangkan oleh penata cahaya pada
konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana yang dituangkan tetapi bisa saja
simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan untuk mendukung makna adegan.
Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada foto besar seorang pejuang yang
dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa pemiliki rumah sangat mengagumi
tokoh tersebut maka foto diberi pencahayaan khusus. Juga dalam setiap perubahan
dan perjalanan adegan konsep pencahayaan digambarkan. Konsep bisa ditulis atau
ditambahi dengan gambar rencana dasar. Intinya, komsep ini membicarakan gagasan
pencahayaan lakon yang akan dimainkan menurut penata cahaya. Selanjutnya konsep
didiskusikan dengan sutradara untuk mendapatkan kesesuaian dengan rencana
artistik secara keseluruhan.
8. Plot Tata Cahaya
Konsep yang sudah jadi dan
disepakati selanjutnya dijabarkan secara teknis pertama kali dalam bentuk plot
tata cahaya. Plot ini akan memberikan gambaran laku tata cahaya mulai dari awal
sampai akhir pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis cerita, perjalanan
tata cahaya ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya yang akan
ditampilkan dalam adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue atau penanda
hidup matinya cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu. Dengan membuat
plot maka penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta warna cahaya
yang dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau aksi
tertentu, merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang dikehendaki.
9. Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk memberikan gambaran
teknis yang lebih jelas, perlu digambarkan tata letak lampu. Berdasar pada plot
tata cahaya yang dibuat maka rencana penataan lampu bisa digambarkan. Semua
jenis dan ukuran lampu yang akan digunakan digambarkan tata letaknya. Sebelum
menggambarkan tata letak lampu perlu diketahui dulu simbolsimbol lampu. Simbol
gambar lampu mengelami perkembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang
tersedia dan umum digunakan. Gambar di bawah memperlihatkan simbol-simbol lampu
yang biasa digunakan.
Banyak sekali jenis dan ukuran
lampu yang dikeluarkan oleh pabrikan. Masing-masing perusahan memiliki gambar
simbol yang berbeda menyangkut bentuk luar lampu produksinya. Dulu, perusahaan
Strand mengeluarkan lampu yang diproduksi dan diberi kode “pattern” disingkat
“patt” dan nomor serinya. Jadi ada lampu dengan kode patt 23, patt 247, patt
123, dan lain sebagainya. Untuk mengethui jenis dan ukuran lampu harus
mengingat patt dan nomornya. Cukup menyulitkan. Selain itu, lampu pada zaman
ini memiliki bentuk yang berbeda dengan lampu sekarang sehingga ketika
digambarkan simbolnya berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu berbeda tetapi
gambar simbolnya lebih mudah untuk diingat karena masing-masing jenis lampu
memiliki kemiripan gambar. Penulisannyapun tidak lagi menggunakan “patt” tetapi
langsung ke jenis lampu beserta besaran wattnya, misalnya fresnel 500 watt, ERS
1 KW, dan lain sebagainya. Gambar simbol lampu dalam gambar 70 sudah bisa
digunakan dan dipahami oleh para penata lampu.
Selanjutnya, gambar tata lampu
dibuat dengan menggunakan simbol lampu seperti tersebut di atas. Gambar pada
tahap ini belum bisa menyertakan channel dimmer yang akan digunakan oleh
masing-masing lampu. Gambar tata lampu lebih menitikberatkan pada peletakkan
dan pengarahan jenis lampu yang akan dipasang. Meskipun belum menyertakan
channel dimmer, gambar desain tata letak lampu yang dibuat bisa dijadikan
panduan pencahayaan. Dari gambar di atas dapat dibaca, baris bar yang digunakan
adalah FOH, Bar 1, 2, 3, dan bar siklorama. FOH singkatan dari Front Of House
adalah istilah untuk menyebut baris lampu yang ditata di atas penonton. Cyc
singkatan daricyclorama(siklorama) baris lampu paling belakang untuk menyinari
layar. Nomor pada lampu hanya berfungsi untuk menghitung jumlah lampu yang
dipasang pada masing-masing bar. Jenis lampu yang digunakan dapat dibaca dari
gambar simbolnya.
10. Penataan dan Percobaan
Setelah memiliki gambar desain
tata cahaya maka kerja berikutnya adalah memasang dan mengatur lampu sesuai
desain. Proses pemasangan membutuhkan waktu yang lumayan lama terutama untuk
penyesuaian dengan channel dimmer dan control desk. Satu channel bisa digunakan
untuk lebih dari satu lampu. Setiap lampu yang telah dipasang dalam cahnnel
tertentu coba dinyalakan dan diarahkan sesuai dengan area yang akan disinari.
Pengaturan lampu ke channel dimmer atau control deskdiusahakan agar mudah dalam
pengoperasian. Artinya, jarak lever satu ke lever lain diusahakan berdekatan
bagi lampu yang hendak dinyalakan secara bersamaan tanpa preset. Pengaturan
sudut pengambilan juga memerlukan ketelitian. Di sinilah fungsi menghadiri
latihan dengan aktor diterapkan. Segala catatan pergerakan laku dan posisi
aktor di atas pentas dapat dijadikan acuan untuk menentukan sudut pengambilan.
Setelah semua lampu dipasang
dan diarahkan kemudian dicoba dengan mengikuti plot tata cahaya dari awal
sampai akhir. Hal ini untuk mengetahui intensitas maksimal yang diperlukan,
kesesuaian warna cahaya yang dihasilkan serta kemudahan operasional pergantian
cahaya dari adegan satu ke adegan lain. Penata cahaya mencatat semuanya dengan
seksama sehingga ketika tahap ini selesai didapatkan gambaran lengkap tata
cahaya. Gambar tata cahaya sudah bisa dilengkapi dengan channel dimmer atau
nomor dicontrol desk sehingga tabel lampu yang terpasang pada masing-masing bar
bisa dituliskan dengan lengkap pula.
11. Pementasan
Tahap terakhir adalah
pementasan. Seluruh kerja tata lampu dibuktikan pada saat malam pementasan.
Kegagalan yang terjadi meskipun sedikit akan mempengaruhi hasil seluruh
pertunjukan. Oleh karena itu, kecermatan dan ketelitian kerja penata cahaya
sangat diperlukan. Penting untuk memeriksa semuanya sebelum jam pertunjukan
dilangsungkan. Jika terdapati kesalahan teknis tertentu masih ada waktu untuk
memperbaikinya. Semua sangat tergantung dari kesiapan tata cahaya karena tanpa
cahaya pertunjukan tidak akan bisa disaksikan.
TATA CAHAYA
1. Pengetahuan tata Cahaya
Tata cahaya yaitu pengaturan sinar atau cahaya lampu untuk
menerangi dan menyinari arena permainan serta menimbulkan efek artistik. Tata
cahaya sebelum menggunakan lampu-lampu listrik yang ada sekarang ini, maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar
matahari sebagai sumber penerangannya. Setelah manusia mengenal api sebagai
sumber pemanas dan penerang maka manusia memanfaatkan api sebagai alat penerang
pementasan.
Mula-mula manusia memakai api
unggun sebagai alat penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian
setelah ditemukan minyak maka alat penerang berkembang menjadiobor, blencong,
cempor dan lain sebagainya. Keterbatasan intensitas penerangan dari api, justru
memberikan pengaruh yang indah terhadap gerak-laku pemeran bahkan mampu
menimbulkan efek magis dan mungkin sulit didapat pada teater yang tidak
menggunakan cahaya seperti itu. Goyang-goyang lidah api ditiup angin
menimbulkan efek gelap-terang yang mengundang suasana yang artistik.
Pada saat ini kita telah
termanjakan oleh adanya sumber daya listrik sebagai hasil teknologi yang maju.
Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan
penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang
datar. Oleh karena itu, melalui tata cahaya sebagi salah satu kekuatan artistik
teater maka harus dapat memukau dan mencekam agar penonton betah untuk
menyaksikan jalannya pertunjukan. Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan
oleh tata cahaya itu harus dapat mengungkapkan dan mendukung pemeranan yang
hidup dan berkesan dalam pada batin penonton. Cahaya yang artistik disini juga
mengandung pengertian cahaya yang dapat menyiapkan perhatian, mengukuhkan
suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
2. Tujuan Tata Cahaya
a. Menerangi dan menyinari
pentas dan Pemeran
Menerangi yaitu cara
menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang dan melenyapkan gelap. Jadi
semua pentas dan barang-barang yang ada, baik yang penting maupun yang tidak
penting semua diterangi. Menyinari yaitu cara menggunakan lampu untuk membuat
bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Jadi dengan
menyinari daerah-daerah tertentu maka ada sesuatu atau suasana yang lebih yang
hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
a. Mengingatkan efek cahaya
alamiah. Maksudnya, menentukan keadaan jam, musim, cuaca, keadaan dengan
menggunakan tata cahaya.
b. Membantu melukiskan dekor atau scenerydalam
menambah nilai warna sehingga tercapai
adanya sinar dan
bayangan menonjolkan fungsi
dekorasi.
c. Membantu permainan lakon dengan cara membantu
menciptakan suasana kejiwaan.
3. Fungsi Tata Cahaya
a. Mengadakan pilihan bagi segala hal yang
diperlihatkan, maksudnya adalah dengan tata cahaya mencoba
membiarkan penonton dapat
melihat dengan enak dan jelas.
b. Mengungkapkan bentuk sehingga objek yang kena
cahaya akan menampakkan bentuknya yang wajar, maka dari itu
penyebaran sinar harus
memiliki tinggi-rendah derajat pencahayaan yang memberikan keaneka ragaman
hasil
perbedaan tinggi-rendahnya
derajat pencahayaan itu.
c. Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya
lampu tiruan yang menciptakan gambaran cahaya wajar yang
memberi petunjuk-petunjuk
terhadap waktu sehari-hari, waktu setempat dan musim. Disamping itu juga
termasuk
pembuatan cahaya lampu tiruan
di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan
lain-lain.
d. Membuat komposisi, yaitu menggunakan unsur
cahaya berdasar atas rancangan, sehingga melahirkan suatu
komposisi yang menunjang
kehadiran para pemerannya. Cahaya lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memusatkan perhatian
penonton pada setiap gerakkan pemeran dan menimbulkan gagasan baru.
e. Menciptakan suasana, yaitu dengan menata cahaya maka diharapkan
akan menimbulkan perasaan atau efek
kejiwaan penonton. Cara yang
ditempuh yaitu dengan pemakaian warna dan cahaya keteduhan.
4. Jenis Lampu
Lampu pentas terbagi menjadi
tiga bagian besar yaitu lampu strip, lampu spot, dan lampu general. Lampu strip
terbagi menjadi dua yaitu lampu kaki (lampu yang diletakkan di batas depan
bawah pentas yang berguna untuk menghilangkan bayang-bayang) dan lampu border
(lampu yang diletakkan di atas pentas di belakang border dan fungsinya sama
dengan lampu kaki). Lampu spot yaitu lampu yang mempunyai sumber sinar dengan
intensif memberikan sinar pada satu titik bidang tertentu. Fungsinya untuk
menonjolkan arena permainan dan sekaligus membangun suasana permainan. Lampu
general atauFloodlight yaitu lampu yang mempunyai kekuatan sinar yang besar dan
tanpa lensa. Fungsinya untuk menerangi arena permainan.
5. Pengontrolan Sinar dan
Warna
Pengontrolan sinar di pentas
terbagi atas enam kategori yaitu :
a. Pengontrolan atas hidup dan matinya lampu,
disini harus diusahakan agar hidup matinya lampu tidak dilakukan
secara mendadak sebab kita
menyesuaikan dengan kemampuan mata kita untuk menyesuaikan diri.
b. Pengontrolan atas penyuraman cahaya lampu,
disini yang perlu dipertimbangkan adalah membentuk suatu gambar
atau suasana yang alami.
c. Pengontrolan atas arah sinar, disini yang
perlu diperhatikan adalah arah datangnya sinar dan berapa sinar yang
digunakan untuk menyinari dan
ini ada hubungannya dengan pembentukan tiga dimensi suatu benda atau pemeran.
d. Pengontrolan atas besar sinar lampu spot.
Pengontrolan ini berguna untuk menentukan besar kecilnya daerah
penyinaran. Semakin lampu
digerakkan kemuka maka daerah penyinaran semakin besar, begitu
juga sebaliknya.
e. Pengotrolan atas bentuk sinar, ini berguna
untuk membentuk sinar disuatu daerah permainan, dan juga besar
kecilnya cahaya di daerah
permainan.
f. Pengontrolan atas warna sinar, disini yang
perlu diperhatikan adalah penggunaan warna sinar lampu dan warna
benda yang disinari. Misalnya
dekorasi yang seharusnya berwarna merah tetapi karena ketidaktahuan penata
cahaya, dekorasi itu disinari
sinar biru maka yang terjadi bukan dekorasi berwarna merah yang ada, tetapi
dekorasi
berwarna agak kehitaman.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengontrolan warna sinar yaitu :
1). Bagaimana percampuran pigmen dengan pigmen. Jika warna merah, kuning,
merah dan biru dicampur dengan proporsi yang wajar akan menghasilkan warna
abu-abu atau hitam.
2). Bagaimana percampuran lampu berwarna dengan
lampu berwarna. Jika warna lampu pokok (merah, kuning dan biru-violet) dicampur
dengan intensitas cahaya yang wajar akan menghasilkan cahaya warna putih.
3). Bagaimana percampuran pigmen berwarna dengan
lampu berwarna. Misalnya lampu merah disinarkan pada permukaan benda yang hijau
akan menghasilkan warna abu-abu atau hitam.
Posting Komentar