PUISI PILIHAN LOMBA MUSIKALISASI PUISI
DARI KUMPULAN PUISI SYIAR CINTA KARYA ABAH SARJANG
DARI KUMPULAN PUISI SYIAR CINTA KARYA ABAH SARJANG
DOA
Duhai Kau yang mengerti bahasa diam
Maha Tahu dari segala yang tahu
Yang hafal samudera kedalaman jiwa
Tiada rahasia yang menjadi rahasiaMu
Maha Tahu dari segala yang tahu
Yang hafal samudera kedalaman jiwa
Tiada rahasia yang menjadi rahasiaMu
Di lengkung batas cakrawala
Dan di cakrawala yang tanpa batas
Semoga dengan kekuasaanMu
Tuhanku
Kau sentuh hatinya dengan cinta
Cinta yang membimbingnya
Ke pelukanku.
Dan di cakrawala yang tanpa batas
Semoga dengan kekuasaanMu
Tuhanku
Kau sentuh hatinya dengan cinta
Cinta yang membimbingnya
Ke pelukanku.
APAKAH
Apakah salah jika angin bertiup
Pucuk bambu melambai
Apakah boleh saat burung berkicau
Angin lembut bersenandung
Untuk apa sepi diusir
Jika mengusir sepi kau kesepian
Lebih baik satukan sepimu dan sepiku
Agar kita tak kesepian
Pucuk bambu melambai
Apakah boleh saat burung berkicau
Angin lembut bersenandung
Untuk apa sepi diusir
Jika mengusir sepi kau kesepian
Lebih baik satukan sepimu dan sepiku
Agar kita tak kesepian
Apakah boleh jika karena keindahanmu
Kata-kata ini kurangkai
Apakah salah saat wangimu kuhirup
Sajak ini terurai
Untuk apa lara dipendam
Jika memendam lara engkau terluka
Lebih baik satukan laramu dan laraku
Agar kita tak didera lara.
Kata-kata ini kurangkai
Apakah salah saat wangimu kuhirup
Sajak ini terurai
Untuk apa lara dipendam
Jika memendam lara engkau terluka
Lebih baik satukan laramu dan laraku
Agar kita tak didera lara.
MENCINTAIMU
Mencintaimu adalah
Belajar memahami ranting
Perlu sepasang sayap yang ringan
Untuk hinggap
Di rapuh cabang anganmu
Belajar memahami ranting
Perlu sepasang sayap yang ringan
Untuk hinggap
Di rapuh cabang anganmu
Mengertimu adalah
Menusuk jantung dengan jarum
Merejam jiwa dengan kesabaran
Sebelum tersengat
Racun kekecewaan.
Menusuk jantung dengan jarum
Merejam jiwa dengan kesabaran
Sebelum tersengat
Racun kekecewaan.
AIR MATA
Darah-darah beku
Membatu di tandus raga
Hela nafas angin kemarau
Mengkorosi karat paru-paru
Jantung lupa berdetak
Otak meretak kerontang
Doa kering kehilangan renjana
Tertatih-tatih mengejar bayang gelap
Membatu di tandus raga
Hela nafas angin kemarau
Mengkorosi karat paru-paru
Jantung lupa berdetak
Otak meretak kerontang
Doa kering kehilangan renjana
Tertatih-tatih mengejar bayang gelap
Setetes air mata tak mampu jatuh
Hanya basahi kornea
Merembes aliri tubuh
Melelahkan berabad kebekuan
Cinta bergetar layaknya sayap kunang-kunang.
Hanya basahi kornea
Merembes aliri tubuh
Melelahkan berabad kebekuan
Cinta bergetar layaknya sayap kunang-kunang.
SEMBILU
Ada sembilu
Menoreh sumsum tulang punggung
Saat nafas perpisahan
Meretak di ujung lidah
Lambaianmu lebih tipis dari angin
Yang menancap di ruas-ruas tulang
Pipimu dingin dan beku
Gigilnya meremas urat
Tiba-tiba langit menyempit
Udara berubah padat
Airmata dan rintihan
Menancap tepat di pusat jantung
Kau melenggang tenang meniti tangga langit
Menyisakan aroma balsem
Dan gumam penghabisan
Hanya kelambu, Ma
Hanya kelambu.
Menoreh sumsum tulang punggung
Saat nafas perpisahan
Meretak di ujung lidah
Lambaianmu lebih tipis dari angin
Yang menancap di ruas-ruas tulang
Pipimu dingin dan beku
Gigilnya meremas urat
Tiba-tiba langit menyempit
Udara berubah padat
Airmata dan rintihan
Menancap tepat di pusat jantung
Kau melenggang tenang meniti tangga langit
Menyisakan aroma balsem
Dan gumam penghabisan
Hanya kelambu, Ma
Hanya kelambu.
Posting Komentar